DEC 30, 2021@13:30 WIB | 2,435 Views
Power Steering, yang dipatenkan pertama kali pada 1900 oleh Robert Twyford, sepertinya menjadi salah satu syarat wajib untuk mobil-mobil yang beredar pada saat sekarang. Tanpa adanya power steering, akan membutuhkan tenaga yang ekstra untuk membelokkan roda mobil. Dengan adanya power steering, kemudi mobil dapat digerakkan dengan mudah dengan adanya bantuan dari pelumas dan penggerak motor.
Berdasarkan mekanisme kerja, power steering terbagi dua, yaitu dengan mekanisme hidrolik dan elektrik. Masing-masingnya terdiri atas komponen-komponen yang berbeda satu dengan yang lainnya dan memiliki kelebihan serta kekurangan masing-masing. Jadi, bagaimana perbedaan kedua jenis power steering ini?
Power Steering Hidrolik
Sejalan dengan namanya, power steering bekerja dengan mekanisme hidrolis. Mekanisme hidrolis ini berarti menggunakan pelumas sebagai media penggerak. Jadi, mesin akan mengaktifkan pompa untuk mengalirkan pelumas menuju sistem power steering.
Sekarang ini, power steering hidrolik mengalami berbagai macam upgrade dan inovasi, seperti misalkan pemasangan speed sensitive steering. Dengan speed sensitive steering ini, fleksibilitas kemudi dapat disesuaikan dengan seberapa cepat mobil melaju. Mekanismenya seperti ini: semakin cepat laju mobil, setir akan semakin berat untuk diputar, pun sebaliknya, semakin lambat mobil melaju, maka setir akan semakin mudah diputar. Sistem ini berfungsi untuk menjaga mobil tetap stabil saat melaju.
Power steering dengan sistem hidrolik sendiri adalah power steering yang paling banyak digunakan oleh kendaraan beroda empat saat ini, mulai dari truk hingga mobil keluarga.
Power Steering Elektrik
Berbeda dengan sistem hidrolik yang menggunakan oli sebagai sebagai media penggerak, power steering elektrik menggunakan motor elektrik atau komputer dalam menjalankan mekanisme power steering-nya. Selain itu, dalam soal kepraktisan, power steering elektrik memungkinkan kita untuk menyesuaikan sensitivitas kemudi dengan kecepatan mobil secara langsung.
Kelebihan dan Kekurangan
Untuk masalah durabilitas dan harga, sistem hidrolik lebih unggul karena power steering hidrolis terhitung sangat mudah dalam perawatannya dan harga jual komponen-komponen juga relatif ramah di kantong. Kekurangan dari power steering hidrolis adalah seringkali membebani kinerja mesin sehingga menyebabkan penggunaan bahan bakar menjadi lebih boros. Selain itu, selang oli pada sistem hidrolis rentan mengalami kebocoran dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan.
Sedangkan sistem elektrik yang tidak menggunakan pompa dan selang untuk mengalirkan pelumas. Mekanisme ini diklaim memiliki kinerja yang lebih optimal daripada sistem hidrolis. Power steering elektrik tidak menguras bahan bakar secara berlebihan dan relatif mudah untuk dirawat. Sayangnya, komponen-komponennya rentan rusak jika sering terpapar udara. Untuk masalah ketahanannya sendiri, power steering elektrik biasanya hanya bisa bertahan sampai lima tahun atau 100.000 KM.
Selain kedua jenis power steering ini, ada juga power steering yang memadukan sistem hidrolik dan elektrik yang dinamakan dengan power steering elektro-hidrolik atau yang dikenal juga sebagai power steering semi-elektrik. Jenis ini menerapkan dua sistem kerja secara bersamaan. Pompa power steering tidak langsung terhubung dengan mesin, melainkan diatur oleh pompa elektrik.
Jadi, kedua mekanisme power steering ini punya kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Dalam memilih power steering, sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan jangan sekalipun menyepelekan power steering, Perangkat ini sangatlah penting dan krusial bagi pengendara mobil pada kesempatan-kesempatan tertentu, seperti misalkan sewaktu parkir atau berbelok dengan kecepatan yang rendah. Kesalahan dalam perawatan akan mengakibatkan kerusakan pada power steering, seperti oli power steering bocor, setir menjadi berat, dan tentu saja akan mengganggu kenyamanan dan keamanan pada saat berkendara. [fkg/zz/timBX] berbagai sumber