MAR 31, 2020@18:00 WIB | 2,305 Views
Saat gerakan tagar #dirumahsaja bagian dari implementasi Work From Home, tentu itu bisa dilakukan bagi pekerja dengan infrastruktur internet di rumah masing-masing. Namun sebagian yang lain tetap harus tetap ngantor dengan kendaraan mereka masing-masing, dengan menjaga social distancing tentunya. So, saat Black Pals di rumah, sudah mulai gatal untuk menggeber motor atau mobil Anda, coba lakukan pengecekan busi untuk melihat kualitas pengapian dan ruang bakar mesin untuk mobil atau motor Anda.
Lakukan pengecekan busi dengan kunci busi, dan ketahui warna apa yang menempel di kepala busi. Apakah hitam berarang (carbon fouling), tetap kering, atau bagian insulator memerah dan elektroda memutih (overheat), atau bagian keramik menguning (corona stain) atau terjadi loncatan bunga api yang mengakibatkan kesetrum saat memegang cop busi.
Jika kondisinya tetap kering, berarti kondisi ruang bakar bagus dan pengapian juga maksimal. Namun jika kondisinya salah satu dari 4 kondisi diatas Anda harus mempersiapkan pergantian busi baru. Selain itu Anda bisa mempertimbangkan kilometer jalan pada kendaraan Anda.
Diko Oktaviano dari Technical Support PT NGK Busi Indonesia memberi masukan bagaimana busi mobil atau motor diganti. Tindakan preventif ini dilakukan untuk menghindari kerusakan lebih parah.
"Busi bagus atau tidaknya bergantung dari kesehatan ruang bakar. Ketika mesin rutin di service, busi jadi lebih terawat. NGK merekomendasikan 2 cara untuk ngecek busi berdasar pertimbangan jarak atau memperhatikan fisik busi," tutur Diko melalui konfirmasi selular.
Pertama : Berdasarkan jarak tempuh (Kilometer) NGK merekomendasikan di angka pemakaian 6.000 km untuk motor. Sementara untuk mobil mencapai 20.000 km dan berlaku hanya busi nickel saja. Angka tersebut diambil dari rata-rata nilai rekomendasi masing APM, guna menentukan nilai dan mungkin saja berbeda angkanya.
Kedua : Dilihat dari fisik. Penilaian fisik ini yang paling masuk akal untuk kita bilang busi itu sudah waktunya ganti atau belah.
a. Secara khusus kalau celah busi sudah lebar atau adanya keausan di elektroda maka busi sudah harus diganti.
b. Selain itu tanda fisik, kerusakan busi juga dilihat dari variasi gejala kerusakan seperti carbon fouling, overheat, corona stain, atau flash over. Tanda-tanda seperti itu, busi wajib ganti.
c. Nyala api yang sudah tidak biru, merah lemah atau lompatan api yang kurang panjang.
"Kalau dalam kondisi tersebut, ada yang bilang masih bisa dipake kok, belom mati. Langkah yang kita pilih lebih baik mengganti, sebagai fungsi preventif biar kendaraan kita sehat dan kita nyaman, aman dalam berkendara," tambah Diko.
Selain itu pemilihan kode tingkat panas juga jadi kunci penyebab utama busi sering mati. Misal busi NGK dengan kode CPR8EA-9 angka 8 adalah menunjukkan heating rate, range antara 2-8. Sementara busi dingin range antara 9-12. Sementara '-9' menunjukkan gap antar elektroda, sekitar 0,9 mm.
Sementara kondisi overheat lebih karena intensitas beban mesin yang terlalu berat. Bila dibiarkan tentu akan mengakibatkan mesin rontok. Bagaimana penalarannya? Dalam kondisi overheat biasanya suhu busi mencapai di atas 800 derajat Celcius. Akibatnya, elektroda meleleh dan menyebabkan si kepala busi ini putus, menghantam bagian internal mesin, seperti payung klep yang mulai tipis atau seherbisa berlubang karena hantaman dua benda ini, seperti pengalaman pada motor penulis.
Ketika ditanya soal penggunaan busi Racing pada motor harian? Diko menjawab penggunaan busi racing di motor atau mobil harian kurang pas. Karena performa racingnya tidak begitu terasa di kendaraan harian. Dirinya menambahkan lebih baik alternatifnya menggunakan busi iridium IX ataupun GPower untuk motor harian.[Ahs/timBX]