JAN 27, 2020@12:18 WIB | 2,379 Views
Material baterai yang lebih bagus, membuat teknologi baterai mampu naik kasta ke level berikutnya. Kesempatan tersebut yang dikembangkan para ilmuwan sebagai imajinasi, dengan desain mirip tulang belakang manusia, dengan komponen berbasis struktur nanochain. Disisi lain, ilmuwan juga telah mengembangan baterai dari karbon dioksida, dengan kemampuan pengisian hingga 500 kali.
Baterai dari karbon dioksida memiliki struktur 7 kali kepadatan energi dari dari baterai berbahan lithium ion saat ini. Sehingga cukup besar kesempatan mengembangkan baterai berbasis lithium dan karbon dioksida.
Salah satu titik kemajuannya adalah, beberapa engineer telah mengembangkan jenis bari berkat reaksi elektrokimia yang mampu meningkatkan voltase dan mengubah karbon dioksida menjadi bahan karbonat padat. Dibalik itu, para engineer juga mencatat kekurangan teknologi ini dimana teknologi yang diujicobakan hanya berjalan 10 siklus saja, sebelum akhirnya gagal.
Gayung bersambut, teknologi tersebut akhirnya dikembangkan oleh tim dari Universitas Illinois di Chicago. Teknologi gabungan lithium dan karbon dioksida yang mereka buat mampu diisi ulang secara penuh. Secara teknis mereka juga mengalami masalah yang sama, dimana penumpukan karbon pada katalisator selama pengisian cukup mengganggu.
"Akumulasi karbon tidak hanya menghalangi katalisator dan mencegah difusi karbon dioksida. Akan tetapi juga memicu merusak komposisi elektrolit saat sedang dicharge,"tutur Alireza Ahmadiparidari, mahasiswa Pascasarjana UIC College dalam tugas ilmiahnya.
Para peneliti akhirnya menemukan bahan-bahan baru yang menopang kemampuan baterai dalam me-recycle material secara berulang-ulang. Hal itu menandakan integrasi nanoflakes molybdenum disulfide ke katoda katalis, dan menggunakan tipe terbaru dari hybrid electrolyte dari cairan ionik dan dimethyl sulfoxide.
Kombinasi tersebut menurut para peneliti, mengarahkan baterai untuk menghasilkan komposit yang terdiri dari banyak komponen. Setelah sebelumnya terproduksi secara individual, yang melihat karbon secara alami dimasukkan ke dalam proses daur ulang daripada membentuk penumpukan yang merusak komposisi katalis baterai itu sendiri. Kemampuan charge-nya bisa mencapai 500 siklus berturut-turut meski dalam bentuk prototype.
"Kombinasi material yang unik menjadikan baterai berbahan karbon netral lithium karbon dioksida memiliki efisiensi lebih dan masa pakai yang tahan lama. Hal itu memungkinkan, sistem penyimpanan nan cukup canggih," tutur Salehi Khojin, engineer dari Asosiasi Prosfesor Teknik dan Industri dikutip dari laman newatlas.com
Meski jauh dari masa produksi dan komersial, namun ketergantungan alat penghasil akan karbon dioksida akan sedikit mengurang di atmosfer bumi. Secara konsep, baterai ini bisa dipergunakan untuk teknologi generasi berikutnya, terutama memanfaatkan karbon dioksida menjadi lebih berguna.[Ahs/timBX]