APR 18, 2022@21:00 WIB | 871 Views
Ketika pertama kali memperkenalkan Spot pada tahun 2020, Boston Dynamics sepertinya tahu bahwa robot berbentuk seperti anjing tanpa kepala ini, kemungkinan besar akan merevolusi beberapa aspek kehidupan manusia. Melihat teknologi impresif yang disematkan ke dalam tubuh Spot, orang-orang tampaknya dengan cepat menerima gagasan tentang robot yang bisa melakukan segalanya.
Spot diciptakan untuk dapat menjangkau tempat-tempat yang tidak dapat atau tidak ingin dijangkau manusia dan Spot bisa dikatakan sangat ideal untuk operasi berbahaya di lingkungan yang tidak ramah. Beberapa organisasi atau entitas sudah menggunakannya dalam kapasitas seperti itu.
Robot ini dijual dengan harga mulai $74.500 (sekitar Rp1 miliar), namun robot ini tidak dilengkapi dengan perangkat keras khusus yang mungkin diperlukan untuk tugas apapun ketika dibeli. Spot sendiri sangat mudah beradaptasi, artinya dapat dilengkapi dengan berbagai alat, dan di sinilah perusahaan pihak ketiga masuk.
Baru-baru ini Teledyne FLIR Defense berhasil memasang detektor multi-gas MUVE C360 pada Spot. Saat menggunakan dipasangkan peralatan ini, spot diklaim mampu memantau dari jarak jauh ancaman bahan kimia dalam aplikasi keselamatan industri dan publik. Sensor ini memungkinkan manusia untuk mendeteksi dan mengklasifikasikan bahaya gas atau kimia di udara, dan selain untuk Spot, alat ini juga dapat dipasang pada berbagai jenis drone.
“Dengan menggunakan detektor kimia pada drone dan robot darat, manajer industri dapat mengidentifikasi situasi berbahaya dari jarak yang aman, menjauhkan operator dari bahaya, dan mempercepat tindakan korektif,” ujar Dr. David Cullin, wakil presiden dan manajer umum Unmanned and Integrated Solution di Teledyne FLIR Defense.
Spot pada bulan September tahun lalu menerima update perangkat lunak 3.0. Update ini memungkinkan Spot untuk bergerak lebih cepat, upgrade pada kamera pan-tilt-zoom onboard, dan memberinya akses ke platform seperti AWS, Azure, atau IBM Maximo. [fdlh/era/timBX] berbagai sumber.