DEC 28, 2018@11:00 WIB | 1,398 Views
Kemunculan drone quadcopter dipertimbangkan cukup menjanjikan sebagai sarana mengeksplorasi lingkungan berbahaya seperti situs bencana. Namun disatu sisi yang menjadi kelemahan karena ukurannya yang lebar, membatasi kemampuan melewati ruang sempit.
Sebuah Drone eksperimental mampu menjawab masalah itu, dengan melipat ke berbagai bentuk saat kondisi terbang di wilayah sempit.
Model quadcopter tersebut dikembangkan melalui kolaborasi antara University of Zurich dan kelompok riset Swiss EPFL. Dalam penerbangan reguler, keempat lengan baling-balingnya diposisikan dalam konfigurasi tradisional berbentuk X (bila dilihat dari atas). Namun, ketika tiba saatnya untuk melalui celah vertikal yang sempit, kedua lengan depan terlipat ke depan sementara kedua lengan belakang terlipat ke belakang, membuat diameter pesawat jauh lebih sempit.
Jika mendesak, sebuah drone perlu melayang ke atas atau ke bawah melalui lubang horizontal, semua lengannya bisa dilipat ke satu sisi, meminimalkan radius putarnya. Drone dapat melipat lengan depannya langsung ke samping, memungkinkan kamera yang dipasang di depan untuk lebih dekat ke item yang ingin diperiksa operator. Kedua lengan depan itu juga dapat melipat ke depan dan ke dalam, menggenggam benda-benda yang kemudian dibawa oleh drone melalui udara.
Pertanyaannya bagaimana algoritma menjawab kemampuan robotik tersebut? Keempat lengan digerakkan secara independen oleh motor servo individu, yang pada gilirannya dikendalikan dari jarak jauh melalui mikroprosesor onboard. Selain itu, dorongan dari masing-masing baling-baling secara otomatis disesuaikan untuk mengimbangi konfigurasi yang berbeda, memungkinkan quadcopter untuk mempertahankan penerbangan yang stabil.
Para peneliti yang mengembangkan prototipe sekarang berharap untuk membuat drone lebih mandiri. Antara lain, ini akan memungkinkannya untuk melakukan inspeksi situs berbahaya seperti bangunan yang runtuh, secara otomatis mengubah bentuknya agar sesuai dengan jalan yang seperlunya, kemudian menemukan jalan keluar ketika dilakukan. Ada juga rencana untuk memungkinkan lengannya bergerak secara vertikal, membuat konfigurasi penerbangan lebih memungkinkan dikondisi medan yang cukup variatif.
Kerjasama ini bukan pertama kalinya, sebuah quadcopter yang bisa menyempitkan dirinya.
Awal tahun ini, Institut Ilmu Gerakan Étienne Jules Marey dari Prancis meluncurkan drone Quad-Morphing, yang dapat membagi dua lebar sayapnya dengan menyelaraskan keempat baling-balingnya secara berurutan. Sedangkan Drone U Zurich / EPFL disarikan dari makalah tentang penelitian ini baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal IEEE Robotics and Automation Letters.[Ahs/timBX]