APR 18, 2019@14:39 WIB | 1,742 Views
Panel energi tenaga matahari memang bukan barang baru lagi sekarang ini, meski ppengunaannya belum maksimal. Namun yang terburuk adalah panel matahari benar-benar tidak berguna di area bersalju. Mengatasi hal itu, sekarang tim peneliti dari Universitas California Los Angeles (UCLA) telah mengembangkan perangkat baru yang dapat menghasilkan listrik dari salju itu sendiri.
Tim menyebut perangkat baru itu sebagai nanogenerator triboelectric berbasis salju, atau Snow TENG. Seperti namanya itu bekerja dari efek triboelektrik, artinya menggunakan listrik statis untuk menghasilkan muatan melalui pertukaran elektron. Perangkat semacam ini telah digunakan untuk membuat generator yang menarik energi dari gerakan tubuh, layar sentuh, dan bahkan langkah kaki di lantai.
Salju pada dasarnya bermuatan elektron positif. Jadi menggosokkannya ke bahan dengan muatan berlawanan akan memungkinkan energi dihasilkan darinya. Setelah serangkaian pengujian komprehensif, para peneliti memilih silikon sebagai bahan yang paling efektif.
Snow TENG, yang dapat dicetak dengan printer 3D, dibuat dengan lapisan silikon yang melekat pada elektroda. Tim mengatakan itu bahkan bisa diintegrasikan ke dalam panel surya, sehingga mereka dapat terus menghasilkan listrik bahkan ketika tertutup salju. Ini membuatnya mirip dengan sel surya hibrida yang sudah ada sebelumnya, yang juga memanen energi dari pergerakan tetesan air hujan di permukaannya.
Masalahnya adalah bahwa Snow TENG menghasilkan jumlah listrik yang sangat kecil dalam kapasitas perangkat saat ini. Dia hanya memiliki kepadatan daya 0,2 mW per meter persegi. Jadi untuk mengaplikasikannya pada panel surya yang ada kebanyakan saat ini belumlah memungkinkan. Namun di sisi lain Snow TENG ternyata juga dapat berfungsi seperti sebuah sensor cuaca mandiri.
"Perangkat ini dapat bekerja di daerah terpencil karena menghasilkan daya sendiri dan tidak memerlukan baterai. Ini alat yang sangat pintar, sensor cuaca yang dapat memberitahu Anda berapa banyak salju yang turun, arah salju turun, dan arah serta kecepatan angin," kata Richard Kaner, peneliti senior studi ini.
[Ard/tim BX]