NOV 20, 2020@09:00 WIB | 979 Views
Teknologi virtual reality (VR) begitu imersif secara visual, membuat Anda berada di tempat dan dunia baru yang mengagumkan. Kendati demikian, ada sedikit keterputusan antara apa yang Anda lihat dan apa yang dapat Anda sentuh di lingkungan VR.
VR memang membawa Anda pada pengalaman seolah-olah merasakannya, lewat indra penglihatan dan pendengaran; tetapi tidak dengan sentuhan. Ada banyak perusahaan yang menemukan berbagai cara untuk memungkinkan pengguna merasakan objek dalam VR, jadi tidak mengherankan jika para peneliti di Cornell University juga menemukan solusi mereka sendiri.
Menariknya, para peneliti di Cornell University datang dengan ide kulit sintetis, yang dapat diregangkan dan dipasang ke sensor serat optik. Dengan menggunakan bahan yang dapat direnggangkan seperti ini, maka akan memungkinkannya untuk mendukung berbagai aplikasi.
Tidak hanya untuk manusia, tetapi ini juga dapat diterapkan pada robot yang memungkinkan mereka untuk merasakan dan mengenali objek, sehingga meningkatkan kemampuan dan fungsionalitas.
Menurut ketua peneliti, Rob Shepherd, “Saat ini, penginderaan sebagian besar dilakukan dengan penglihatan. Kami hampir tidak pernah mengukur sentuhan dalam kehidupan nyata. Kulit sintetis ini adalah cara untuk memungkinkan diri kita dan mesin mengukur interaksi taktil dengan cara yang sekarang kita gunakan dengan kamera ponsel kita.”
Bila kita sedikit menggeser perspektif dari pengguna VR ke pengembang VR, jelas bahwa sentuhan tampak seperti titik buta. Selama ini, konsumen telah dimanjakan dengan visual mengagumkan sampai-sampai tak terlalu memusingkan sisi sentuhan. Padahal, akan sangat luar biasa apabila hal ini dapat diwujudkan.
“Perendaman VR dan AR didasarkan pada penangkapan gerak. Sentuhan hampir tidak ada sama sekali,” tambahnya. “[Kulit sintetis] ini menggunakan visi untuk mengukur sentuhan. Ini adalah cara yang paling nyaman dan praktis untuk melakukannya dengan cara yang dapat diskalakan.”
Dengan adanya fitur sentuhan pada VR, konsumen akan benar-benar mendekati kenyataan yang sebenarnya, karena pemanfaatan indera bertambah. Contoh sederhana fungsionalitas fitur ini adalah ketika Anda sedang mengikuti arahan untuk melakukan sesuatu.
“Misalkan Anda ingin memiliki simulasi augmented reality yang mengajarkan Anda cara memperbaiki mobil atau mengganti ban. Jika Anda memiliki sarung tangan atau sesuatu yang dapat mengukur tekanan, serta gerakan, visualisasi augmented reality itu dapat mengatakan, ‘putar dan kemudian hentikan, agar Anda tidak terlalu mengencagkan mur roda Anda’, tapi ini adalah cara untuk melakukannya,” jelas Rob Shepherd.
Meskipun mungkin perlu beberapa saat sebelum kita melihat aplikasi komersial dari teknologi Cornell, hal itu menyajikan opsi bagaimana pengembang mendekati ‘sentuhan’ dalam sistem VR atau AR di masa mendatang. [yub/asl/timBX] berbagai sumber