JUL 09, 2020@10:30 WIB | 1,048 Views
Mobilitas masyarakat kota perlu titik pembaruan, dimana mobilitas penduduk jauh lebih nyaman, maka titik revolusi urban mobility menjadi timing yang pas, salah satu tujuannya juga untuk mengurangi polusi kota besar.
General Motor (GM) dan Segway menggagas kerjasama konsep urban mobility yang diberi nama Puma. Nama tersebut mewakili konsep personal urban Mobility dan Accessibility. Meski tanpa kaca berkualitas bulletproof, GM dan Segway telah mendorong konsep ke selangkah lebih nyata menjadi street ready. So seberapa fungsional sih Puma untuk alternate urban mobility.
Certainly, misi utamanya menciptakan urban mobility dengan 2 tempat duduk, zero emisi artinya sudah berpenggerak elektrik, dengan desain yang minimalis, mengantarakan mobilitas masyarakat perkotaan. Secara visual cukup menarik, seperti kereta tanpa kuda, dilengkapi rollcage atau frame yang kuat. Sebuah windshield besar, menawarkan proteksi maksimal ke penumpang.
Gaya jok nan sporty, mendukung kecepatan tertinggi hingga 56 kpj. Sehingga rollcage menjadi bagian penting keselamatan penumpang. Sementara dua roda tambahan di depan berfungsi sebagai manuver pengereman yang tajam. Roda dua belakang berfungsi untuk lepas landas adopsi kinerja roket.
Pertimbangan faktor keselamatan ketika Puma bermanuver di lalu lintas besar, bisa berjalan di trotoar, dermaga menjadi major issue. GM kemudian harus menanam perangkat lunak, untuk berkomunikasi vehicle to vehicle, fitur adaptive cruise control, GPS dan itu harus dibuat nyata serta fungsional.
Puma menggunakan baterai sel-sel lithium-ion, yang menawarkan jangkauan 35 mil (56 km) dengan muatan penuh, tetapi tidak menyebutkan berapa lama pengisian penuh itu. Tetapi kita telah melihat jenis teknologi ini dilampaui dengan beragam elemen seperti ultracapacitors.
Salah satu nilai jual utama untuk ide ini bahwa Puma hanya berbobot 700 lbs (317 kg) dan menggunakan bahan yang hampir 80% lebih sedikit untuk membangun daripada mobil produksi.[Ahs/timBX]