JAN 15, 2018@16:00 WIB | 3,539 Views
eSight sepasang smartglasses yang memberi kemampuan orang tuna netra untuk melihat. Kacamata pintar ini terlihat seperti persilangan antara PlayStation VR dengan Avegant Glyph, yang cukup efektif bagi beberapa kasus orang yang saat digunakan di ruangan.
Untuk menguji smartglasses tersebut tim digitaltrends.com menemui Rosa Henderson di CES 2018, yang tuna netra buta sejak lahir. Rosa telah menggunakan eSight selama beberapa bulan dan cukup membantunya dalam produktivitas kesehariannya, atau menyelesaikan masalah secera spesifik, serta memungkinkannya bertahan hidup seperti orang normal lainnya.
Seperti apa kecanggihan eSight, Henderson sebagai pengguna eSight sekarang telah mampu menghadiri sebuah kelas di perguruan tinggi. Dia sebelumnya harus menggunakan asisten untuk membantu dikte dan pencatatan. Tanpa lagi menggunakan tongkat, atau bantuan service hewan, Henderson sekarang telah mampu menyeberang jalan sendiri tanpa bantuan.
Henderson menjelaskan, tanpa eSight, dia tidak dapat melihat jarak jauh, dan tidak melihat wajah seseorang dari jarak 1 meter. Namun dengan eSight dia dapat menghadiri kelas, dengan berjalan sendiri. Baginya pengalaman di classroom merupakan mikrokosmos kehidupan nyata. Ia mampu membaca tanda-tanda, mengenali orang, bahkan menggunakan Apple Watch.
eSight secara kontruksi seperti pelindung kepala, dengan dilengkapi fungsi kacamata korektif yang dibutuhkan. Cara kerjanya sebuah kamera berkecepatan tinggi, memproyeksikan gambar ke sepasang layar OLED, ditambahkan dengan software untuk meningkatkan dan membersihkan gambar. Tidak ada lagi lag, karena gambar yang diproduksi bukan hasil digital, dan visor dapat diturunkan atau diangkat. Dan fungsi eSight tidak lebih dari teknologi true definition dari augmented reality.
Memiliki fitur zoom, kemudian dikendalikan dengna handset yang terhubung. Ada port HDMI untuk disambungkan ke media, fungsinya lebih seperti melihat virtual reality untuk menonton TV dan film. Sayangnya eSight masih diproduksi secara terbatas, dan harga yang ditawarkan masih di kisaran USD 10 ribu atau sekitaran Rp 133 jutaan. Untuk menekan biaya tersebut, Jeff Fenton, Director of Outreach sedang mengumpulkan pendanaan untuk menghilangkan kebutaan di tahun 2020. [Ahs/timBX]