OCT 24, 2017@22:00 WIB | 5,628 Views
Tethys, sebuah alat detector timbal pada air yang menggunakan sistem digital. Alat ini baru saja ditemukan oleh Gitanjali Rao, seorang siswa kelas 12 dari Brentwood Middle School in Brentwood, Tennesse, Amerika Serikat. Karya Rao telah memangkas pola lama dalam mengukur kadar timbal dalam sample air ke sebuah laboratorium dalam waktu yang lama. Melalui Tethys, deteksi timbal dalam air telah terintegrasi dengan menggunakan aplikasi mobile, dan terhubung dengan Bluetooth untuk mendapatkan status air dengan segera.
Tethys telah menggunakan teknologi nano jenis baru. Dengan menggunakan cartridge sekali pakai yang mengandung nanotube carbon yang diolah secara kimia. Cartridge ini kemudian terhubungkan dengan teknologi Arduino yang mengirimkan sinyal prosesor dengan menggunakan Bluetooth. Sedangkan Graphene dalam nanotube cukup sensitive terhadap perubahan arus.
Dengan tabung berisi atom yang sensitif terhadap timbal, akan mampu mengukur apakah air terkontaminasi timbal atau tidak. Dan hasilnya dikirim melalui smartphone melalui Bluetooth. Ketika Tethys mendeteksi timbanl 15 bagian per juta, alat tersebut akan memberi peringatan bahwa air tersebut tidak aman dikonsumsi. Rao sendiri memprediksi untuk membangun Tethys kurang lebih $20 atau sekitar Rp270 ribuan.
Nama Tethys mengilhami mitologi Yunani, bahwa Tethys adalah putri Titan dari Uranus (Bumi) dan Gaius (Langit) dan mengilhami sebagai ibu dari dewa Sungai. Penemuan ini menjadi problem solving atas 5000 sistem perairan di Amerika Serikat yang telah terkontaminasi dengan timbal. Tethys akan menjadi dewa penyelamat, karena sistem laboratorium kimia saat ini butuh waktu panjang untuk mendeteksi timbal dan peralatan yang mahal.
Rao dalam keterangannya menyampaikan,”Air minum hari demi hari telah terkontaminasi zat berbahaya seperti timbal. Dimana jutaan orang diseluruh dunia terkena air yang berkontaminasi timbal dan efek sampingnya cukup berbahaya. Tethys mampu mendeteksi timbal secara cepat, dan memungkinkan pencegahan dan penyelamatan nyawa lebih banyak,” terang Rao.
Sebelum menemukan Tethys, Rao telah menciptakan alat yang dapat menentukan jenis dari racun saat manusia digigit ular. Atas temuan Tethys, remaja belia ini memenangkan kompetensi sains paling terkemuka di dunia, The Discovery Educations 3M Young, Scientist Challenge di Amerika Serikat.
Selama kompetisi bergengsi tersebut, Rao dipasangkan dengan Dr. Kathleen Shafer, ilmuwan riset 3M yang mengembangkan teknologi plastik baru yang memiliki aplikasi dunia nyata dalam bidang kedokteran gigi untuk mengeksplorasi pengembangan produk yang dapat dibeli orang. Atas keberhasilan Rao, Dr. Kathleen memprediksi di tahun-tahun mendatang, Rao bisa menjadi ahli genetika atau ahli epidemiologi, yang bekerja di bidang teori penyakit.[Ahs/TimBx]