AUG 20, 2018@12:00 WIB | 4,636 Views
Kampanye untuk mewujudkan konsep smart city telah banyak digalakkan di berbagai kota di Indonesia. Namun, belum banyak yang berinisiatif untuk menciptakan dan merealisasikan konsep smart citizen. Permasalahan ini yang akhirnya membuat Erick Karya berinisiatif untuk menciptakan sebuah platform bernama Matakota.
Matakota disebut-sebut merupakan sebuah solusi cerdas untuk menciptakan kota yang nyaman dan aman dari tindak kejahatan. Lewat platform ini, masyarakat yang saling terhubung dan selalu up-to-date dengan informasi penting.
“Kita connecting mereka (warga) untuk saling diskusi tentang isu di kotanya dan aktif untuk propose solusi publiknya. Jadi, ini tentang smart citizen,” ujar Erick, CEO Matakota.
Smart citizen menjadi misi yang digaungkan Erick melalui Matakota. Dengan platform yang ia buat, Erick mengharapkan banyak warga yang bisa saling berbagi informasi terkait banyak hal yang terjadi di kota mereka. Entah mengenai arus lalu lintas, tindak kriminal, masalah sosial, perlindungan anak, hingga bencana alam yang terjadi.
Ide untuk menciptakan Matakota ini terbersit dari pengalaman pribadi yang dialami oleh Erick dimana saat itu di daerah tempat tinggalnya terjadi sebuah kecelakaan. Orang-orang di sekitar yang ingin membantu menolong merasa kebingungan untuk menghubungi dinas terkait guna meminta pertolongan.
“Akhirnya, kami kepikiran, kenapa gak ada satu platform. Entah itu bentuknya sosial media, namun isinya tentang smart citizen. Postingnya disitu dan yang mendapat notifikasi adalah orang sekitarnya. Kita kan semua sebagai citizen ini profesinya beragam, nah itu yang kita kepikiran, mungkin sekeliling kita bisa membantu,” cerita Erick kala ditemui tim BlackXperience.com.
Sehingga, pada tahun 2016, Erick bersama tim mulai mengembangkan Matakota. Tepat pada bulan Maret 2017, aplikasi Matakota resmi dirilis dan tersedia untuk para pengguna perangkat Android.
Partisipasi dari netizen
Solusi yang ditawarkan oleh Erick melalui Matakota tentu tidak akan dapat berjalan dengan lancar jika tidak dibarengi dengan partisipasi dari citizen. Untuk itu, salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Erick adalah bagaimana memperkenalkan layanan Matakota seluas-luasnya pada masyarakat.
“Mulai tahun ini kita banyakin kerjasama dengan komunitas. Untuk menangin berbagai profesi, kita juga harus deketin ke komunitasnya. Komunitas-komunitas seperti itu yang kami encourage untuk share informasi dan mengajak warga untuk ikut berbagi informasi di Matakota,” tutur Erick.
Selain menjalin hubungan dengan berbagai komunitas, Matakota juga telah mengadakan kerjasama dengan berbagai suku dinas di pemerintahan. Menurut Erick, saat ini Matakota telah menjalin kerjasama dengan Polres Probolinggo dan Pemerintah Probolinggo dan Bangka Belitung.
“Semua itu untuk meningkatkan bahwa ini bukan cuma sistem keluhan, tapi apa yang didiskusikan oleh warga dapat menjadi masukan pemerintah untuk membangun kotanya lebih baik,” jelas Erick.
Tantangan sudah pasti dihadapi oleh Erick saat memperkenalkan Matakota kepada masyarakat. Salah satunya adalah mengubah mindset masyarakat bahwa aplikasi seperti Matakota merupakan sebuah platform untuk menyampaikan beragam keluhan kepada pemerintah.
Namun menurut Erick, semakin kesini pengguna semakin mengerti bahwa Matakota merupakan sebuah platform untuk saling berbagi informasi dan diskusi antar netizen.
“Menurut kami di pilar smart city, yang kami unggulkan adalah smart citizen. Di mana warga sudah saling cerdas mengenai bahan diskusinya. Mereka tetep bisa kasih feedback ke pemerintahnya untuk bisa improve,” ucap Erick.
Saat ini, Matakota mengaku telah mencatatkan total 10 ribu pengguna dengan pengguna aktif mencapai 3 ribu pengguna yang tersebar mulai dari Sabang hingga Merauke. Kedepannya Erick menargetkan, sampai akhir tahun 2018, Matakota dapat diunduh hingga 1 juta download dengan 20 persen aktif menggunakan Matakota. [Hlm/timBX]