JUL 11, 2016@12:00 WIB | 4,592 Views
Furnitur-furnitur berbahan dasar kayu memang akan selalu memiliki penggemar sejatinya. Pasalnya, furnitur berbahan kayu selain kuat namun juga indah dipandang apalagi apabila kayu-kayu ini jatuh ke tangan pengerajin yang selalu bereksplorasi untuk menciptakan furnitur-funitur baru yang unik. Studio Kayu milik Sesharina Puspita misalnya, mengolah limbah-limbah kayu yang dipandang sebelah mata menjadi sesuatu yang indah dan bernilai tinggi.
Tahun 2015 menjadi tahun awal berdirinya Studio Kayu, walaupun terbilang baru, namun Studio Kayu sudah mendapatkan cukup perhatian dan minat dari masyarakat. Awalnya Studio Kayu ini berdiri karena ketidak sengajaan, wanita yang akrab disapa Sesha dan suaminya ini memang memiliki ketertarikan terhadap kayu. Workshop yang dimiliki suaminya ini terbuka untuk umum, siapapun bisa datang dan mengolah kayu-kayu tersebut. Sampai akhirnya Sesha sendiri ingin membuat sesuatu yang unik dari limbah-limbah kayu ini, sesuatu yang berbau vintage dan manis.
Tak disangka, apa yang diciptakan Sesha mendapat banyak perhatian dari teman-temannya. Banyak yang ingin membeli barang-barang yang telah diciptakannya seperti standing lamp, slidelamp, flipbook machine, dan lain-lain. Sesha mengaku ia memang tidak terlalu mengonsepkan apa yang ingin ia ciptakan. Trial and error, semua ide langsung ia kerjakan tanpa banyak berpikir, namun tetap mengedepankan hasil akhir.
Selain produk sendiri, Studio Kayu juga menerima pesanan dengan desain yang berasal dari konsumen. Semua pesanan akan dikerjakan dengan estimasi waktu sekitar tujuh hari. Konsumen bisa langsung datang ke workshop atau memesan online dengan melihat prototype yang sudah terpampang di web dan akun Instagram Studio Kayu (@studiokayu).
Jika ditanya soal kreatif dan inovatif, Sesha merasa jika ia sedang dalam keadaan terhimpit dan memiliki banyak masalah, justru kreativitas itu akan datang. Bagaimanapun caranya ia harus mencapai tujuan yang telah ditetapkannya, dan dari situlah nantinya kreativitas akan lahir. Sesha juga beranggapan untuk sekarang ini tidak ada sesuatu yang benar-benar baru, sehingga ia berpikir inovatif adalah sesuatu yang original yang berasal dari diri kita, yang kita merasa menciptakannya tanpa “mencontek” dari pihak lain.
“Gue ngerasa kreatif kalau banyak hambatan, makin dibilang nggak bisa makin gue cari cara gimana supaya bisa, dari situ kreatifnya keluar. Kalau inovatif sih gue nggak bisa bilang sesuatu yang baru di zaman sekarang yah, jadi menurut gue inovatif itu yang original dateng dari diri sendiri, gak nyontek dari siapa-siapa.” Ujar wanita asal Sumatera Barat ini.
Sesha juga menyayangkan generasi muda sekarang yang terlalu bangga menjadi konsumtif. Banyak anak-anak muda yang lebih bangga membeli daripada harus menciptakan. Padahal, jika semakin banyak anak muda yang kreatif dan inovatif tentunya akan semakin membantu mengharumkan nama Indonesia khususnya di sektor ekonomi kreatif.
“Gue menyanyangkan anak muda yang terlalu nyaman, terlalu aman dan terlalu gengsi. Mereka lebih konsumtif dibandingkan produktif dan mereka bangga. Gue gak merasa melihat adanya minat menciptakan di anak-anak zaman sekarang. Harapan gue sih semoga orang-orang lebih membudayakan perilaku produktif dibanding konsumtif.” Pungkasnya. [Clo/timBX]