JUN 04, 2018@11:09 WIB | 4,162 Views
Ibanez, Gibson, ataupun Fender mungkin menjadi deretan merek gitar yang lebih akrab di telinga Anda. Namun tahukan Anda sebuah brand gitar bernama Radix? Untuk yang satu ini kita patut berbangga, sebab Radix merupakan gitar bikinan anak bangsa yang telah melanglang buana hingga ke Eropa.
Setiap bulannya gitar Radix selalu berusaha memenuhi permintaan dari dalam maupun luar negeri. Di balik pencapaian yang patut diapresiasi ini, tentu terdapat sosok yang berperan dari balik layar. Adalah Toein Bernadhie Radix yang menjadi sosok yang membuat gitar asli Indonesia bisa berbicara banyak di level mancanegara.
Seperti apa cerita jatuh bangun Toein hingga mampu membawa nama Radix dikenal seperti sekarang ini?! Mari simak bincang-bincang kami dengan sosok Toein, eksklusif di BlackXperience.com.
Membuat Gitar Secara Otodidak
Berawal dari keinginannya untuk memiliki gitar yang sesuai dengan seleranya, membuat Toein berinisiatif untuk membuat sendiri gitar keinginannya. Ia sama sekali tak memiliki basic dalam pembuatan gitar. Saat itu ia memulainya secara otodidak.
Namun tak disangka, biaya yang dikeluarkan justru jauh lebih besar. Meski demikian semuanya terbalas dengan kepuasan yang ia dapatkan lewat gitar yang ia buat.
Dari sana akhirnya terbersit ide untuk membuat gitar ini menjadi sebuah bisnis. Toein terlebih dahulu melakukan research mengenai pangsa pasar gitar buatan lokal. Ternyata ia melihat terdapat peluang besar di sektor tersebut.
“Saya mulai searching, bahwa saat itu belum ada gitar Indonesia yang pantas dipakai di panggung-panggung besar. Jadi saya pikir dari sisi pasar kayaknya ada (peluang),” cerita Toein saat ditemui tim BlackXperience.
Akhirnya pada tahun 2003, lulusan dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada tersebut resmi merilis gitar pertama yang dikomersialkan dengan nama Marlique. Namun karena satu dan lain hal, merek Marlique ini tak lagi digunakan dan Toein memilih menggunakan nama Radix.
Penggunaan nama Radix ini pun memiliki cerita yang unik. Seperti yang kita ketahui, nama Radix diambil langsung dari nama belakang Toein. Sebelumnya ia tidak pede menggunakan namanya sendiri pada merek gitar buatannya. Tapi berkat rekomendasi dari rekannya untuk memakai nama Radix, akhirnya merek ini yang ia gunakan hingga sekarang.
Kesuksesan yang kini diraih tentu tak didapat dengan mudahnya. Toein mengaku, salah satu kendala terbesarnya adalah memperkenalkan gitar buatan Radix sembari bersaing dengan merek besar lainnya dari mancanegara yang telah lebih dulu mapan.Serta bagaimana mengedukasi pengguna bahwa Indonesia juga memiliki gitar-gitar buatan lokal yang berkualitas.
“(Kendala) paling besar sebenarnya itu ada nama-nama besar dan brand minded dan import minded dari gitaris. Sebenarnya itu bukan hambatan, tapi tantangan bagaimana kita menghadapinya serta menyiasatinya,” ujar Toein.
Untuk itu Toein berusaha mengemas gitar-gitar buatan Radix dengan sedemikian rupa. Tujuannya adalah membuat gitar yang mampu meningkatkan percaya diri dan rasa bangga dari gitaris saat menggunakannya di panggung-panggung besar.
“Kita buat sebisa mungkin gitar yang bisa membuat pemainnya percaya diri untuk membawanya ke atas panggung,” jelas Toein.
Bangun Kolaborasi
Mengedukasi masyarakat mengenai keberadaan Radix guitar dan kualitas yang ditawarkan menjadi salah satu pekerjaan rumah yang mesti Toein selesaikan. Tentu diperlukan strategi yang efektif. Salah satu cara yang dilakukan adalah menggandeng sejumlah gitaris besar yang telah malang melintang di dunia musik Indonesia.
“Pertama kali kita pakai nama besar. Karena bagaimana juga dalam industri hiburan idola itu ada. Pertama kali kita kerjasama dengan Ridho Hafiedz (Slank). Jadi kita pakai istilahnya endorsement,” kata Toein.
Setelah Ridho, nama besar lain di industri musik turut merapat mempopulerkan nama Radix Guitar. Sebut saja Eet Sjahranie dari Edane, Buluk Superglad, Sony Jrocks, Edwin Cokelat, Farri Ikhsan The SIGIT, dan Sansan Pee Wee Gaskins.
Tak sekedar “bertugas” mempromosikan Radix Guitar diatas panggung, Toein juga turut menggandeng para gitaris ini untuk mendesain gitar yang akan dibuat. Disini keinginan desain gitar dari sang gitaris coba diwujudkan. Tentunya pihak Radix ikut andil dalam memberikan masukan.
“Kita tidak membuat gitar yang terlalu personal ke gitaris. Dari versi gitaris dan versi Radix akhirnya ketemu di tengah dan kita luncurkan signature terbaru,” tutur Toein.
Tetap Eksis
Jerih payah Toein memperkenalkan gitar Radix berbuah manis. Tak hanya dikenal di Indonesia, namun juga hingga mancanegara. Toein mengaku tak menduganya sama sekali. Menurutnya cara yang ia lakukan untuk memperkenalkan gitar ini ke luar negeri cukup sederhana.
Internet menjadi salah satu senjata utama Toein mempromosikan Radix. Mulai dari website Radix Guitar yang tadinya berbahasa Indonesia ia ganti menjadi bahasa Inggris agar bisa menjangkau calon konsumen global.
Perkembangan sosial media dan menjamurnya marketplace online menjadi jalan lain yang dimanfaatkan. Melalui jalur-jalur tersebut mulai banyak pemesan gitar Radix dari berbagai negara. Sebut saja Denmark, Norwegia dan banyak lagi lainnya.
Hingga saat ini, pesanan gitar Radix masih rutin datang dari negara-negara Eropa. Bahkan khusus di Belanda sudah ada agen khusus yang menangani langsung penjualan gitar Radix.
Kedepannya, Toein memiliki sejumlah mimpi yang berusaha ia wujudkan. Paling dekat adalah terus menjaga eksistensi Radix guitar di belantika musik Indonesia. Selain itu, Toein juga ingin Radix bisa menjadi sebuah brand gitar ikonik dan berkualitas dari Indonesia yang begitu dikenal di seluruh dunia.
“Minimal saat musisi-musisi yang datang ke Indonesia akan ada di pikirannya,’oh Indonesia, ada gitar bagus di sana’,” kata Toein. [Hlm/timBX]