JUL 13, 2020@16:30 WIB | 6,257 Views
Memusatkan diri pada kesadaran emosional dalam mengelola stres bisa membantu mencegah timbulnya kelelahan. (Kandi Wiens & Annie McKee)
Stres dan kelelahan merupakan dua hal yang berbeda. Kendati stres sering menyebabkan kelelahan, bukan berarti tak ada kemungkinan untuk bisa mengatasi desakan bertubi-tubi, tekanan tinggi, dan pikiran sinis. Kuncinya ialah memanfaatkan kecerdasan emosional (emotional intelligence/EI). Bahkan, dengan kecerdasan emosional, krisis kerja akibat mengurangi kelelahan emosional dan minimnya kepercayaan terhadap kemampuan diri atau seseorang juga bisa diatasi.
Itulah yang ditemukan Kandi Wiens dalam penelitian terbarunya bartajuk “Leading Through Burnout…”. Kandi Wiens dalam penelitiannya menilai tingkat stres 35 kepala petugas medis (CMO) di 35 rumah sakit besar. Dalam keadaan stres kira-kira apa yang coba mereka lakukan. Ternyata mereka melakukan untuk mengatasi kelelahan itu sendiri.
Temuan ini mengejutkan Kandi Wiens & Annie McKee! Walaupun faktanya 69 persan CMO menggambarkan tingkat stres mereka di titik parah, sangat parah, atau bahkan yang mereka alami adalah yang terburuk tetapi mayoritas meraka tidak jatuh terpuruk. Demikian hemat Maslach Burnout Inventory dalam Kandi Wiens & Annie McKee seperti dilansir getpocket sebagaimana terbitan terdahulu dalam Harvard Business Review.
Temuan Kandi dan Annie dalam wawancaranya dengan CMO ialah tema umum tentang satu hal yang membuat stres merea tetap terkendali, yakni kecerdasan emosional. Persis seperti yang pernah ditulis Annie sebelumnya, penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional (EI) mendukung kemampuan superrior coping dan membantu mengatasi stres kronis serta mampu mencegah kelelahan seseorang.
Kesadaran emosional diri merupakan salah satu komponen EI, misalnya, memungkinkan diri memahami sumber frustasi atau kecemasan dan meningkatkan kemampuan untuk mempertimbangkan respon berbeda—respon positif. Manajemen diri, kompetensi EI yang lain, memungkinkan didi seseorang untuk tetap tenang, mengendalikan impuls, dan bertindak secara tepat ketika menghadapi stres. Keterampilan manajemen konflik memungkinkan kita untuk menyalurkan kecemasan dan emosi kita ke ranah penyelesaian masalah daripada membiarkan situasi mengganggu kita—atau membuat kita tak dapat tidur sepanjang malam.
Empati juga membantu melawan stres. Ketika kita aktif berusaha memahami orang lain, perlahan tapi pasti kita mulai lebih peduli pada mereka. Kasih sayang, sebagaimana emosi positif lainnya, dapat melawan efek fisiologis dari stres. Kemudian, menyesuaikan diri dengan perspektif, sikap, dan kepercayaan orang lain berkontribusi terhadap kemampuan diri supaya mendapat kepercayaan sekaligus memengaruhi mereka. Hal ini, pada tingkat paling praktis, seringkali kita mendapat bantuan yang dibutuhkan sebelum stres menjadi kelelahan.
Hal-hal yang Dapat Dilakukan untuk Mengelola Stres dan Menghindari Kelelahan
Tidak sedikit yang melakukan bermacam hal merusak untuk mengatasi stres, seperti makan berlebihan, menyalahgunakan narkoba dan alkohol, serta mendorong lebih keras daripada memperlambat. Apa yang kami pelajari dari penelitian kami terhadap kepala petugas medis adalah bahwa orang dapat meningkatkan kecerdasan emosional mereka untuk mengatasi stres dan menangkal kelelahan. Anda juga mungkin ingin mencobanya, maka ikuti langkah berikut:
Jangan jadi Sumber Stres Diri Sendiri. Kebanyakan dari kita menciptakan stres kita sendiri, dengan respon berlebihan, terlalu banyak memikirkan atau mengantisipasi episode atau pertemuan di masa depan yang mungkin membuat stres. Orang yang memiliki kebutuhan tinggi untuk mencapai atau kecenderungan perfeksionis bisa jadi lebih rentan menciptakan stres dirinya sendiri. Kami belajar dari penelitian kami bahwa para pemimpin yang terbiasa dengan tekanan yang mereka berikan pada diri mereka sendiri lebih mampu mengendalikan tingkat stres mereka. Seperti yang dijelaskan oleh salah seorang CMO, “Saya menyadari bahwa banyak dari stres saya diakibatkan oleh diri sendiri karena bertahun-tahun bersikap keras pada diri sendiri. Sekarang saya tahu masalah yang ditimbulkannya bagi saya, saya bisa berbicara sendiri keluar dari tekanan tanpa henti.”
Mengenali Keterbatasan. Semakin sadar akan kekuatan dan kelemahan Anda akan mengarahkan Anda ke tempat di mana Anda butuh bantuan. Dalam penelitian kami, CMO menggambarkan transisi dari seorang klinisi ke peran kepemimpinan sebagai sumber utama stres mereka. Mereka yang mengenali ketika tuntutan melebihi kemampuan mereka, tidak melakukannya sendiri — mereka justru memperbanyak sharing dan meminta bantuan.
Ambil Napas Dalam-dalam ketika merasakan ketegangan dan kecemasan meningkat cepat. Praktik mindfulness membantu menghadapi stres secara langsung dan kesulitan jangka panjang. Beberapa peserta penelitian kami dijelaskan menggunakan teknik mindfulness untuk memperlambat detak jantung mereka dan menurunkan tingkat ketegangan mereka ketika dihadapkan dengan stres. Sebagaimana dijelaskan seorang pemimpin, mempraktikkan perhatian penuh "memungkinkan saya untuk lebih terbuka terhadap solusi lain dan saya tidak membuang waktu hanya dengan bertahan." Sebagai contoh, meningkatkan kewaspadaan akan pernapasan Anda mungkin sulit, tetapi ingatlah bahwa perhatian adalah tindakan utama pengendalian diri.
Evaluasi kembali perspektif diri tentang situasi yang ada. Apakah Anda memandang situasi tertentu sebagai ancaman terhadap sesuatu yang Anda hargai? Atau apakah Anda melihatnya sebagai masalah yang harus dipecahkan? Mengubah perspektif Anda tentang apakah Anda mengalami distress atau eustress dapat memiliki efek membuka mata pada kemampuan Anda untuk menurunkan tingkat stres. Salah satu CMO menggambarkan perubahan dalam pola pikirnya, “Apa yang dulu terasa seperti stres sekarang adalah stres yang baik; Saya termotivasi untuk menganggapnya sebagai masalah yang harus dipecahkan."
Atasi konflik dengan menempatkan diri di posisi orang lain. Tekanan dari konflik sering menyebabkan kelelahan sehingga yang terbaik untuk menghilangkan konflik ketika Anda bisa. Bersikaplah ingin tahu, ajukan pertanyaan, dengarkan secara mendalam. Jaga perhatian Anda pada orang lain dan fokuslah pada apa yang dia coba sampaikan kepada Anda. Dengan berusaha memahami sudut pandangnya, Anda akan berada dalam posisi yang jauh lebih baik untuk mendapatkan kepercayaannya dan mempengaruhinya. Satu orang yang kami wawancarai menggunakan pendekatan ini secara konsisten. Dia menggambarkan bagaimana mengasah keterampilan mendengarkannya yang empatik telah memungkinkan dia untuk merawat kolaborasi lebih besar dan menciptakan dukungan dengan rekan-rekannya. Dalam situasi baru-baru ini, ia mengatakan seorang dokter datang ke kantornya dan berkata, "Anda harus melakukan ini atau bayi akan mati." Alih-alih bereaksi secara defensif dan berpotensi menyebabkan lebih banyak bahaya, ia menenangkan dirinya sendiri dan memusatkan perhatiannya pada upaya untuk memahami perspektif dokter. Responsnya mengurangi konflik dan menghasilkan percakapan yang sehat dan tidak terlalu menegangkan.
Menggunakan dan mengembangkan kecerdasan emosional, dapat menghentikan kelelahan pada diri dan orang lain. Ingat, bagaimanapun: meningkatkan EI membutuhkan waktu dan usaha. Bersabarlah dengan diri Anda sendiri, memaafkan dan ramah. [asl/timBX]