MAY 30, 2021@15:15 WIB | 1,293 Views
Sebagai entitas komunitas motor pecinta karburator ini terbentuk atas kesamaan hobi dan fisi melestarikan motor karburator yang sudah diproduksi hampir satu abad. Mengusung nama Kwatro (Komunitas Wartawan Motor Retro), komunitas yang diprakarsai para jurnalis otomotif ini mencoba memberikan semangat survival kepada two wheelers enthusiast untuk menularkan bagaimana derasnya serangan teknologi pada roda dua.
Didirikan sejak Februari 2020 lalu, kemudian status pandemik berlaku, sehigga tidak ada aktifitas yang dilakukan. Hanya sesama member saling memposting bagaimana spirit mereka membangun motor karburator yang semakin tua, semakin diburu para two wheelers.
Baca juga: Ciri-Ciri Setelan Karburator Terlalu Irit
Sebut saja Yamaha DT100, baru saja direstorasi oleh Captain Kwarto, Tigor Qristovani Sihombing. Ia membeli unit secara online melalui satu marketplace. Karena materinya yang sudah masuk ranah colectible, ia membelinya dari Pacitan, Jawa Timur untuk diboyong ke Jakarta.
Saat Sunmori pada 29 Mei 2021 lalu, kehadiran Yamaha DT100 memberikan nafas baru bagi member Kwarto, pasalnya DNA Yamaha DT sendiri terlahir sebagai DNA motor trail. Sementara Sunmmori yang diikuti 4 rider lainnya menggunakan Yamaha King Cobra, FIZR, Astrea Grand, GLMax CDI 1992 tersebut dikemas dalam nuansa trabas (memilih jalur non mainstream). Deru suara yang cukup knalpot mesin dua tak yang nyaring, mulai membuat telinga kami terbiasa, melibas semua obstacle, seperti tanjakan berbatu, turunan, kubangan air hingga pengalaman ban yang mulai habis gripnya pun, dipaksa menyerah kepada alam. Rerata kemampuan mesinnya cukup baik, dan melewatinya dengan mudah.
"Untuk spesial case, kami mencoba rute melewati sungai besar di Sentul. Dan disitulah pertemuan dengan trabaser (pemotor trail) tak terelakkan menuju bibir sungai". Dengan apparel yang lengkap, mereka menyusuri sungai dengan mudah, bak pasukan perang yang sedang menuntaskan misi. Sementara disaat lalu lintas mulai sepi dari trabaser, sang Captain Kwatro mulai memberanikan diri, melewati sungai dengan Yamaha DT100, dan itu berhasil, usai sedikit drama dengan lepasnya rantai dari gir belakang.
Kami pun kembali ke jalur mainstream, dari Sentul menuju jalur puncak, disana kami menemukan lokasi ngopi yang cukup instragamable. Tiga cangkir kopi hitam, dan dua gelas jahe mengembalikan kebugaran kami menuju turun bukit. Waktu menunjukkan siang hari, destinasi kami singgahi, menyimpan banyak spot bagus untuk mengendurkan otot dan saraf kami yang tegang. Menikmati ubi cilembu bakar, kerang saus, roti dan pisang keju menambah kenikmatan suasana yang mendung. Acara sunmori Kwarto kami sudahi dengan berswafoto.
Rute kembali kami pilih ke Sentul City, kemudian menuju ke Babakan Madang tempat meetpoint pertama kami di depan Sirkuit Sentul, dan kami sudahi petualangan hari itu dengan penuh semangat, kenangan dan adrenalin yang susah dilengkapi. [Ahs//timBX]