MAR 12, 2015@16:01 WIB
2,269 Views
Comment
Tiger Rider Club (TRIC) pada hari Minggu, 28 Februari 2015 lalu sukses mengelar acara Musyawarah Anggota (Musang). Acara tersebut dilakukan di ruang seba guna lt.3 mall Season City, Jakarta Barat, ini berjalan dengan penuh tanggung jawab.
”Musang” sebenarnya lebih dikenal di kalangan klub bikers sebagai musyawarah besar (Mubes). Musang disepakati sebagai wadah komunikasi antar anggota dan para pengurusnya yang ada di dalam struktur organisasi sejak tahun 2004 oleh Tric.
Kali ini Musang ke 10 telah dihadiri tujuh chapter yang terdiri dari Mother Chapter, Eastern, Western, Northern, Southern, Outside dan chapter baru, Southeast. Tujuanya, untuk mempertahankan azas egaliter yang terbentuk sejak organisasi ini terbentuk sepuluh tahun silam, prospect atau calon anggota diperkenankan untuk berada dalam Musang.
Pasca diserahkan pimpinan pada 3 Region Commander, Musang kali ini memulai kegiatannya dengan membagi sesi menjadi 3 sidang pleno dan dua sidang komisi. Sesi pertama yaitu megenai tata tertib Musang.
Sesi kedua adalah laporan pertanggung jawaban pengurus tahun 2014. Kemudian yang terakhir, masuk sesi rapat komis guna menetapkan dua isu paling mendasar yaitu: penetapan jumlah nominal iuran dan mekanisme pengaturannya di Komisi A serta pembentukan struktur organisasi baru dari club local menjadi International Motorcycle Club (MC) pada komisi B.
Setelah melakukan sidang pleno maka hasil-hasil dari kedua rapat komisi tersebut telah ditetapka sebagai berikut:
1. MC yg dianut oleh TRiC berazaskan norma keluargaan, pekerjaan dan club.
2. TRiC menerima calon anggota baru degan motor minimal 200 cc keatas dengan dasar 80-20, artinya jumlah tiger 80% dan 20% untuk motor selain Honda Tiger.
3. Penetapan jumlah iuran bulanan untuk member dan prospect.
4. Mekanisme pembayaran dan pengelolaan kas MC.
5. Penetapan jumlah cukai/royalty dalam aspek bisnis MC beserta chapters-nya.
kalau kita melihat dilapangan, belakangan ini, banyak sekali klub-klub tumbuh yang bertendensi melupakan budaya aslinya, sekadar meraih julukan sosok biker dan brotherhood-nya. Sehingga pada kenyataannya dilapangan, banyak yg menentang arti prularitas.
Walaupun istilah MC itu kental dengan buda barat yang 1% biker, namun filosofi itu berupaya kita sesuaikan dengan kebutuhan Tric yang notabene masih menjunjung tinggi azas-azas local wisdom. Maka dari itu, dalam Musang ke-X ini, Tric kembali ingin menciptakan budaya cinta Tanah Air. Riders juga punya rasa cinta Bumi Pertiwi, bukan terus-terusan mengurusi motor dan kolonisasi sektoral yang hedonis.
Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih dan Alhamdulillah. Semua kritikan dan saran dapat diterima dan dimasukkan ke dalam agenda program kegiatan dan penyusunan program kemajuan TRiC kedepannya. Maklum saja, target utama disini adalah mau membesarkan klub sebagai sebuah organisasi yang mendarah daging melalui pendekatan intelektual, bukan doktrin kaku (diktatorism).
Sekedar informasi, Tric bila dibandingkan dengan klub-klub pendahulu kami, Tric tentunya belum layak untuk disejajarkan dengan MC – MC pada umumnya. Meski begitu, Tric tetap mempunyai impian dan cita-cita mulia, yang tak bisa dibeli di jalanan. Tri Forever, Forever Tric!!! (Ddy/timBX]