JAN 19, 2015@16:48 WIB | 3,243 Views
The Imitation Game merupakan film bergenre thriller yang pekat dengan sejarah saat berlangsungnya perang dunia ke dua. Film ini bercerita tentang seorang tokoh Inggris, pakar matematika, logika, cryptanalyst dan ilmuan yang dianggap sebagai pioner penemu komputer bernama Alan Turing.
Alan Turing, tokoh yang diperankan secara apik oleh Benedict Cumberbatch ini merupakan tokoh yang tidak biasa, penyendiri, namun jenius dan hanya kalah satu level di bawah Einstein dan Newton. Selama perang dunia ke dua berlangsung di benua Eropa dan ketika tampaknya Hitler akan memenangkan peperangan tersebut dengan mudah. Seorang Alan Turing mencoba membantu negaranya, Inggris, untuk memenangkan perang. Apa yang bisa dilakukan seorang matematikawan di tengah perang berkecamuk? Tentunya bukan mengangkat senjata, namun mencoba membuat sebuah mesin pemecah kode.
Enigma adalah salah satu bagian penting sejarah perang dunia ke dua yang jarang terekspos. Ini adalah kode mata-mata yang dirancang Hitler selama perang dunia yang sangat sulit dipecahkan. Bisa dikatakan bahwa kode penting ini hampir mustahil dipecahkan oleh musuh-musuh Hitler, apalagi setiap tengah malam ada perubahan kode yang dilakukan para ahli kode Nazi.
Alan Turing yang berkepribadian rumit, penyendiri dan cenderung sangat dingin pun dipercaya untuk bergabung dengan ahli-ahli pemecah kode terbaik yang dimiliki kerajaan Inggris. Ia mencoba metode baru untuk melawan mesin, yakni dengan mesin pula. Ia pun menciptakan "Crishtoper" yang nantinya setelah perang dunia usai dikembangkan oleh generasi selanjutnya menjadi komputer.
Selama hampir dua jam penonton akan diajak untuk menyaksikan bagaimana Benedict Cumberbatch mampu mendalami karakter tokoh yang sangat kuat sekali karakternya. Bisa dikatakan karakter Alan Turing ini sekeras batu karang yang percaya akan apa yang ia lakukan dan tidak membiarkan, bahkan seorang komandan tertinggi angkatan laut kerajaan Inggris sekalipun, untuk menggoyahkannya.
Alur film pun merupakan percampuran dari tiga periode berbeda yang dikemas dengan sangat baik sehingga tidak membuat kening penonton sampai berkerut. Trik dan plot yang tak tertebak membuat film ini mampu menyihir kita untuk menontonnya hingga tuntas. Apalagi ada sedikit bumbu kisah pribadi Alan Turing yang sedikit tragis menghiasi beberapa scene film ini, seakan membuat kita berfikir ulang untuk menata kembali penilaian kita akan moral-moral kehidupan masyarakat umum yang berlaku.
Film garapan Morten Tyldum ini pantas diapresiasi dalam penggunaan latar belakang perang dunia ke dua yang epik, puzzle, isu homoseksualitas, sedikit romansa dan campuran thriller menarik dari kisah hidup seorang penemu mesin komputer. Tidak heran jika film ini memperoleh urutan ketiga sebagai film terbanyak yang dinominasikan di pagelaran Oscar, Februari mendatang.[Lalu/timBX]