APR 22, 2014@12:02 WIB | 1,061 Views
Untuk mengembangkan inovasinya, belum lama ini Fujitsu Limited mengumumkan bahwa riset terpadu yang diselenggarakan bersama Universitas Tohoku, Jepang sejak 2012 lalu telah berhasil mengembangkan simulator tsunami 3D yang mampu mereplikasi aliran gelombang besar tsunami menuju daerah urban (urban surges) dan di sepanjang sungai (river surges) secara lebih akurat dan detil.
Riset terpadu tersebut berhasil memadukan teknologi simulasi fluida 3D milik Fujitsu dengan teknologi simulasi propagasi gelombang tsunami 2D yang dikembangkan oleh Profesor Fumihiko Imamura, direktur International Research Institute of Disaster Science, Universitas Tohoku, Jepang. Para peneliti yang terlibat telah berhasil mereplikasikan segala bentuk perubahan yang dialami oleh aliran gelombang tsunami dan perilaku gelombang tersebut ketika bertemu dengan topografi pantai atau bangunan-bangunan di daerah urban dengan akurasi tinggi. Dalam model simulasi 3D tersebut disajikan pula tentang bagaimana proses penjalaran gelombang besar (water surges) di wilayah urban dan di sepanjang sungai.
Setelah berhasil mengembangkan model simulasi yang andal yang dapat memprakirakan besarnya bencana majemuk akibat tsunami yang disebabkan oleh gempa besar, para peneliti selanjutnya akan berencana menerapkan pemodelan tsunami tersebut pada Strategic Programs for Innovative Research (HPCI) , yang didukung oleh MEXT , di mana salah satu tema yang dihadirkan pada program tersebut adalah mengenai bagaimana cara meningkatan kemampuan peramalan tsunami menggunakan computer HPCI dalam rangka meningkatkan aksi cepat tanggap masyarakat Jepang akan datangnya tsunami.
Hasil Penelitian
Pada Gambar 1(a) diperlihatkan bahwa pergerakan gelombang tsunami dengan cakupan wilayah kejadian yang sangat luas terbentang dari sumber munculnya tsunami hingga ke wilayah pantai terdampak dapat direplikasikan menggunakan model simulasi 2D dengan kebutuhan beban komputasi yang relatif ringan. Sedangkan, teknologi simulasi fluida 3D hanya digunakan untuk memodelkan pergerakan gelombang pada area pantai dan wilayah urban terdampak, yakni tempat terjadinya fenomena gelombang pecah dan limpasan. Sehingga, dengan metode tersebut pergerakan tsunami secara 3D dapat direplikasikan dalam rentang waktu singkat dan dapat diaplikasikan di lapangan dengan segera.
Pada Gambar 1(b) diperlihatkan proses replikasi menggunakan teknologi simulasi fluida 3D. Model tersebut dapat mereplikasikan kejadian tsunami, bahkan hingga kejadian di area pantai yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan hanya dengan menggunakan model simulasi 2D atau model simulasi fluida 3D saja secara terpisah. Dari gambar lingkaran putih ditunjukkan pula bentuk simulasi tumpang-tindih antara aliran gelombang tsunami yang menjalar langsung menuju ke wilayah pantai dengan gelombang tsunami yang melingkupi area tersebut. Dari gambar tersebut dapat dilihat pula formasi mengenai aliran gelombang kompleks yang dipengaruhi oleh bentuk topografi dasar laut di wilayah perairan dangkal yang terdampak.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan perpaduan antara dua metode simulasi tersebut. Berkat simulator tsunami 3D, kini aliran gelombang tsunami kompleks yang berangkat dari pusat hiposentrum, serta perilaku gelombang pecah dan limpasan di wilayah pantai dapat direplikasikan dengan baik. Hasil simulasi model tsunami 3D ini diharapkan dapat mendukung dalam melakukan estimasi besarnya daya rusak gelombang tsunami setelah gelombang tersebut menghantam breakwater dan terurai saat dalam perjalanan menuju area terdampak menjadi semakin akurat.
Manfaat lain yang dapat diambil dengan perpaduan antara dua metode simulasi tersebut adalah kebutuhan beban komputasi menjadi relatif lebih ringan, mengingat bahwa variable simulasi seperti ketinggian dan cepat rambat gelombang dapat direplikasikan menggunakan teknologi simulasi propagasi tsunami 2D. Waktu yang dibutuhkan untuk proses replikasipun menjadi kian singkat dibandingkan hanya menggunakan teknologi simulasi fluida 3D saja secara terpisah.[mir/timBX]