NOV 19, 2014@17:27 WIB | 1,703 Views
Di tempat yang sama ketika Toshiba mengembangkan Floopy Disk era 80-an, kini tempat itu dipakai menanam selada. Begitu juga dengan Sharp yang menanam strawberi dengan bantuan lampu LED. Fujitsu juga tak ketinggalan mengalih fungsikan laboratorium tempat mereka pertama kali merancang semikonduktor yang kini dijadikan tempat untuk menanam sayuran. Raksasa-raksasa teknologi asal Jepang kini diketahui sedang ramai-ramainya mengembangkan dan menjual teknologi pertanian jenis baru di markas mereka.
Untuk meningkatkan produktifitas pertanian dan mengganti metode pertanian tradisional, raksasa teknologi dari Jepang itu pun mempelajari cara-cara baru di industri agrikultur. Pendekatan teknologi pertanian yang dilakukan oleh para raksasa teknologi Jepang ini sama persis seperti yang selama ini mereka terapkan pada teknologi tinggi lainnya.
Setelah bencana nuklir menimpa Jepang tahun 2011 lalu, petani-petani Jepang mulai mencari cara untuk meningkatkan produktifitas. Terobosan teknologi tinggi di bidang pertanian pun marak berkembang. Program-program teknologi yang ditawarkan para raksasa IT asal Jepang itu pun terbilang murah seperti halnya program (plastic greenhouses) kebun plastik dari Panasonic.
Kebun-kebun plastik milik Panasonic masih menggunakan tanah untuk media tanamnya. Namun kebun berteknologi tinggi ini mengoptimalkan energi alami seperti misalnya cahaya matahari dan angin untuk menciptakan lingkungan ideal untuk tumbuh-tumbuhan. Tanizawa, Kepala Proyek Agri-Engineering di Panasonic berkata jika kebun-kebun plastik milik Panasonic itu telah berharga sekitar 2,5 kali lipat daripada kebun plastik buatan yang lain. Mereka menargetkan pemasaran teknologi ini ditujukan kepada perusahaan agribisnis menengah asal Jepang maupun dari luar negeri. Panasonic menargetkan pendapatan sebesar 5 juta yen atau sekitar 517 juta rupiah dari hasil penjualan 1000 unit kebun plastik di Jepang pada 2018 mendatang. [Lalu/timBX]