JAN 15, 2015@10:08 WIB | 1,672 Views
Jakarta kota megapolitan kerap menjadi tolak ukur kesuksesan segala aspek dalam kehidupan masyarakatnya. Kesadaran masyarakat Jakarta yang urban, terutama terhadap kesenian yang terus berkembang, kini telah mencapai tingkatan yang cukup tinggi dalam kurun waktu yang pendek. Timbulnya rasa ingin tahu dan apresiasi yang lebih besar telah melahirkan kebutuhan untuk terus memperkenalkan tahap lanjutannya, yakni ketersediaan benda seni melalui pameran dan kemudian mengoleksinya.
The Goods Dept menghadirkan Art Dept ID yaitu merupakan art department dari The Goods Dept, sebuah ruang pameran bersifat independen untuk memperkenalkan tahap mengoleksi benda seni secara dini, dilengkapi koleksi yang menarik dan tersedia dalam harga terjangkau. Ruangan tersebut dilengkapi dengan karya dari berbagai tingkatan seniman kontemporer yang memiliki cirri khas yang unik dan bias dikoleksi dalam edisi terbatas ataupun tanpa edisi.
Di awal tahun ini, tepatnya tanggal 14 Januari 2015, Amalia Wirjono, Founder Art Dept ID, dan Samsung Electronics Indonesia mengajak lima orang seniman, Darbotz, Eddie Hara, Saleh Husein, Marishka Soekarna dan Tuts dalam sebuah pameran dengan konsep live mural art pada fragmented walls bernama “Wall 4 All” di Atrium Pacific Place, Jakarta. Bersamaan dengan Samsung Electronics Indonesia, masing-masing seniman diberikan sebuah Samsung GALAXY Note 4 sebagai alat bantu mereka dalam proses kreatif.
“Sejak peluncurannya dibulan September 2014, kami menghadirkan GALAXY Note 4 dengan rangkaian kolaborasi bersama berbagai pihak untuk dapat menginspirasi banyak orang, sesuai dengan komitmen kami yang ingin selalu menghadirkan teknologi terdepan dan juga memberikan nilai lebih para konsumen pengguna GALAXY Note 4,” ujar Vebbyna Kaunang, IM Marketing Director, Samsung Electronics Indonesia. “Dukungan kami untuk Art Dept ID merupakan salah satu bentuk kolaborasi lainnya untuk mendukung para pelaku seni dalam mengembangkan ide kreatif mereka sekaligus memberikan pemahaman bahwa sebuah gadget dapat mendukung kegiatan seni yang menginspirasi banyak orang.”
Mural dipilih menjadi bentuk yang akan digunakan dalam penyampaian proyek ini karena sejak awal masa kehidupan manusia, mural dan graffiti telah menjadi satu bagian yang muncul dalam usahanya mempertahankan hidup serta mereka, untuk kemudian diberikan pada orang lain. Keberadaan dinding yang selalu bersifat publik, dalam artian dapat diakses secara terbuka oleh siapa saja, memberikan nuansa berbeda pada karya mural dan graffiti. Terlebih lagi pada karya-karya yang berada di ruang publik, yang memiliki akses visual lebih mudah.
Lima orang seniman dengan kecenderungan artistik yang berbeda diundang dan akan mengadaptasi konsep mural melalui media berupa lima panel kanvas. Mengambil tempat di atrium sebuah mall di Ibukota, mural menjadi sebuah pesan yang memiliki pesan sama namun dengan sudut pandang lebih modern dan tidak lagi menjadi tipikal commission art. Saat malam pembukaan pameran, pengunjung pameran bias melihat live mural art dari masing-masing seniman, dan Eddie Hara yang berhalangan hadir akan tampil melalui recorded mural art dari Basel, Swiss.
Kolaborasi seni rupa dengan teknologi terhadap perkembangan lingkungan yang ada di Jakarta kini menjadi sebuah fenomena penting yang bisa dengan mudah diakses. Dengan begitu, apresiasi seni dapat menyebar dengan luas kekalangan muda dan menciptakan sebuah siklus produktivitas seni yang terus dinamik dan inspiratif. Panel kanvas akan dipamerkan sampai 19 Januari 2015 dan karya limited edition yang dilukis ini juga bisa dimiliki oleh peminat seni. [leo/timBX]